BREAKING NEWS
PT. TERAS MEDIA SEJAHTERA (terasbalinews.com). AHU-0012026.AH.01.01.TAHUN 2023.
Aku Lapor Pajak

Dwi Yustiawati – Membangun Pemberdayaan Ibu dan Anak Melalui Komunitas

Foto - Ni Luh Kadek Dwi Yustiawati, S.E. (ist)
banner 120x600

KLUNGKUNG – Ibu adalah tokoh penting yang berperan bagi anak untuk menjadi model peran anak, dan memiliki hubungan yang istimewa bahwa kedekatan antara ibu dan anak akan mempengaruhi model mental diri anak, yaitu pandangan terhadap diri sendiri dan orang lain. Ibu adalah lingkungan yang pertama dikenal oleh anak, yang memberikan makan anak, memperhatikan sehat dan sakitnya anak serta mengajak anak bermain.

“Untuk itulah seorang ibu perlu mempelajari atau-pun berpengalaman mengenai bagaimana mendidik anak yang benar. Dengan pengetahuan yang dipelajari tersebut ditambah dengan kemauan untuk menerapkan dalam membina hubungan dengan anggota keluarga, akan menjadi faktor utama dalam kehidupan seorang anak. Dasar pemikiran inilah yang mendorong perlunya membangun pemberdayaan ibu dan anak melalui komunitas,” begitu diungkapkan seorang Ni Luh Kadek Dwi Yustiawati, S.E., caleg DPRD Provinsi Bali Nomor urut 3 dari PDI P yang dihubungi Sabtu (30/3/2019).

Disebutkan, salah satu faktor terhambatnya pemberdayaan ibu dan anak yaitu adanya kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan dan itupun masih merupakan salah satu masalah besar bagi bangsa Indonesia.

“Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan adalah melalui program peningkatan pendapatan dan menurunkan beban hidup penduduk miskin. Peningkatan pendapatan keluarga dapat dicapai melalui pendidikan formal maupun informal,” ujar Dwi Yustiawati.

Namun demikian Dwi Yustiawati yang merupakan istri salah seorang tokoh Nusa Penida, Ketut Leo ini menyatakan, pendidikan bukan hanya menjadi tangung jawab pemerintah tetapi keluarga dan masyarakat. Ketidakmampuan memberikan pendidikan yang layak sejak usia dini, anak-anak dan remaja bukan hanya akan menimbulkan persoalan kenakalan remaja tapi dalam jangka panjang akan menimbulkan kemiskinan baru.

“Untuk melakukan perbaikan kualitas hidup maka diperlukan kegiatan intervensi dini untuk anak- anak melalui pemberdayaan komunitas,” sebutnya.

Program ini bisa dimulai dengan menambah kemampuan orang tua dalam pengasuhan (parenting), diantaranya mengenalkan komunikasi efektif dalam pengasuhan anak, karena sangat penting bagi kesehatan mental keluarga. Keluarga yang sehat (healthy family) memiliki beberapa karakteristik tertentu yang akan mampu membina anggotanya menjadi pribadi yang sehat mentalnya, dan diharapkan pada jangka panjang dapat meng-hasilkan anak-anak yang mempunyai kompetensi.

“Program-program intervensi dini dapat ditujukan langsung kepada anak, kepada ibu ataupun kombinasi yaitu ditujukan kepada anak melalui ibu,” tukasnya.

Meskipun peran orang tua (bapak dan ibu) penting dalam membina komunikasi keluarga, namun peran ibu memiliki hubungan yang istimewa, bahwa kedekatan antara ibu dan anak akan mempengaruhi model mental diri anak, yaitu pandangan terhadap diri sendiri dan orang lain. Artinya, apabila ibu memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik dengan anak, maka model mental diri anak akan baik, sehingga pertumbuhan kesehatan mental anak akan lebih positif. Dengan pertimbangan pentingnya peran ibu tersebut, maka ibu-ibu dipilih sebagai target intervensi, diutamakan ibu-ibu yang mempunyai anak usia 3-6 tahun, yang merupakan masa perkembangan anak.

“Program pemberdayaan Ibu dan Anak bisa dilakukan melalui komunitas yang ada seperti kegiatan PKK ataupun kegiatan lain yang ada di banjar-banjar yang ada di Bali,” ucapnya sembari berpesan yang paling penting lagi yaitu adanya pendampingan dalam menjalankan program tersebut. (tmc)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *